
Profil & Perjalanan kisah hidup Suliana Banyuwangi
Alternative Link..!! [Click Here]
Apa kabar kawan-kawan semuanya, di sesion kali ini saya akan menulis sedikit pengetahuan saya tentang profil dan perjalanan kisah hidup suliana hingga menjadi seorang artis yang banyak di jadikan idola karena kecantikannya dan suaranya yang sangat bagus sekali...
Baik, silahkan langsung di baca saja,,
Gas Poollll Brooo..................
Dunia seni hiburan selalu butuh sri panggung. Dari khasanah penyanyi lokal ujung timur tanah Jawa, lahir penyanyi dengan perjuangan keras dan dedikasi luar biasa. Dialah, Suliyana. Dara jelita ini adalah seorang penyanyi berbahasa osing alias banyuwangian. Suliyana sendiri mengaku, tidak pernah membayangkan sama sekali akan menjadi penyanyi ternama dan idola banyak orang. Dengan pencapaian yang ia dapatkan saat ini, ia selalu berucap syukur.
Suliyana mulai tampil menyanyi di depan umum sejak selepas SMP di Tapanrejo, Muncar. Muncar adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Bersama teman-temannya, ia ikut grup bnad yang memainkan musik pop. Kala itu, hanya sebatas untuk senang-senang saja. Selain itu, di masa SMP ia juga sering ikut lomba menyanyi baik di tingkat kecamatan atau kabupaten. Memasuki bangku SMA, barulah ia mengawali karier sebagai penyanyi profesional. Ia merintis lewat dunia rekaman, lengkap dengan pembuatan video klip. Ia berhasil masuk dapur rekaman berkat bantuan seseorang yang dipanggil Papa Sugeng.
Suliyana mengenal Papa Sugeng semasa SMP. Kebetulan pria itu tidak mempunyai anak perempuan, dan dia lalu mengangkat Suliyana sebagai anaknya. Suliyana pun sempat tinggal di rumahnya. Sepulang kerja, ayah angkatnya itu sering memainkan elekton dan ia diminta untuk menyanyi. Lalu, Papa Sugeng mengenalkannya dengan seorang produser musik dari Banyuwangi sampai akhirnya ia berhasil masuk dapur rekaman. Saat itu ia diminta menyanyikan lagu berbahasa osing. Usai rekaman, ia juga dibuatkan video klip yang diedarkan melalui CD. Lewat CD itulah, masyarakat akhirnya bisa mengenal sosok Suliyana. Selanjutnya, datang permintaan menyanyi di panggung.
Pengalaman pertama manggung sebagai penyanyi
profesional dirasakan Suliyana sangat seru sekali. Karena baru pertama kali dengan
kemampuan menyanyi yang masih terbatas, maka bayarannya saat itu masih sedikit.
Suliyana masih ingat, pertama kali manggung di bayar hanya Rp 20.000, kemudian
terus meningkat menjadi Rp 40.000. Dan akhirnya sekarang bayarannya sudah
mencapai jutaan rupiah sekali manggungnya. Di Banyuwangi sendiri memang tumbuh
subur industri rekaman lagu bebahasa osing, dan Suliyana termasuk penyanyi yang
sangat produktif. Sampai saat ini album rekamannya yang beredar jumlahnya sudah
mencapai puluhan album.
Sebagai penyanyi, Suliyana memang fokus pada lagu khas
banyuwangian, dan belum ada keinginan untuk mencoba merintis di jalur jenis
musik lain. Namun, kalau sekedar untuk menyanyi di panggung saja, masih bisa ia
lakukan seperti ketika saat ia masih duduk di bangku SMP. Hanya saja tidak
pernah menekuninya dengan serius. Suliyana mengakui, ia sudah sangat cinta
dengan budaya Blambangan. Ia merasakan budaya Banyuwangi ini sangat keren dan
berkarakter. Meskipun sebenarnya, ia sendiri bukan asli Banyuwangi. Suliyana
adalah gadis ‘blasteran’ Kalimantan dengan Solo. Ayahnya Mohamad Dardiansyah
berasal dari Kalimantan Timur, sedangkan ibunya Siti Aminah, berasal dari Solo,
Jawa Tengah.
Suliyana menghabiskan masa kanak-kanak dari sekolah
sampai kelas 6 SD di Banjarmasin. Akan tetapi, perjalanan hidupnya berkata
lain. Hubungan orangtuanya ada masalah, sampai akhirnya terjadi perpisahan.
Kemudian ibunya menikah lagi dengan orang Banyuwangi yang tinggal di
Banjarmasin. Akhirnya, bersama ibunya, ia pun diajak boyongan pindah ke
Banyuwangi. Tapi lagi-lagi perjalanan rumah tangga sang ibu tidak langgeng.
Sekarang ini, ibunya hidup sendiri lagi, dan sejak itulah ia terus menetap di
Banyuwangi hingga saat ini. Hidup tanpa ayah tentu saja Suliyana harus melewati
sebuah perjalanan yang cukup berat. Ia masih ingat, bagaimana ibunya harus
berjuang mati-matian untuk menghidupi dirinya dan seorang adik. Untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, ibunya harus bekerja di pabrik. Karena itulah,
kekagumannya terhadap sang ibu tak akan bisa terhapus sampai kapan pun. Sosok
ibu bagi Suliyana adalah seorang yang sangat hebat.
Untuk menapaki karier seperti yang dijalani saat ini
pun, Suliyana harus melewati perjalanan yang sangat berliku. Ia mengakui,
dirinya diperhitungkan sebagai penyanyi profesional, baru mulai sekitar tahun
2011. Sebelumnya, ia masih dianggap bukan apa-apa. Bahkan, ia punya cerita yang
sangat mengharukan saat merintis karier sebagai penyanyi. Agar mudah
mendapatkan tawaran manggung, ia terpaksa harus kost di kota Banyuwangi.
Orangtuanya yang saat itu belum berpisah, tetap tinggal di Plampangrejo,
Muncar, yang cukup jauh dari Banyuwangi. Namun meski sudah kost, tawaran
manggung yang diterimanya masih jarang. Bahkan ia mengaku pernah, karena tidak
memiliki uang untuk makan, dan sudah tidak bisa menahan lapar, sampai harus
makan ubi rebus.
Tapi saat itu Suliyana tetap yakin, ia akan bisa
menjadi orang besar seperti yang dicapainya sekarang. Ia tetap berusaha sabar
dan terus memperbaiki penampilang panggungnya dan tentu saja juga berlatih olah
vokal. Ia punya keyakinan, menjadi penyanyi adalah jalan hidupnya. Dan
akhirnya, secara perlahan ia pun mulai mendapatkan pekerjaan. Ternyata
masyarakat pun juga suka dengan penampilannya. Dan lama-kelamaan jadwal
manggungnya kian padat.

Saat
ini, kalau dituruti semuanya, ia bisa hampir setiap hari mendapat tawaran
manggung. Siang dan malam selalu ada tanggapan dari satu panggung ke panggung
lain. Tapi Suliyana berusaha membatasi penampilannya. Ia tidak mau memforsir
dirinya, yang bisa berakibat menganggu kualitas penampilannya. Suliyana tentu
saja tidak menduga bisa menjadi seperti sekarang ini. Namun meskipun sudah
sukses, ia tetap berusaha bersikap biasa saja, tentap menjadi Suliyana yang
dulu.
Seiring
perjalanan waktu, penampilannya saat berpentas di atas panggung memang semakin
baik. Secara kostum, makeup, maupun gaya panggungnya sudah tidak
kalah dengan artis ibukota. Padahal, Suliyana mengakui dulunya ia termasuk
gadis yang penampilannya agak norak. Semua perubahan itu tak lepas dari jasa
sahabat baiknya Ocha Laros yang kini sebagai makeup artisnya,
dan Roy Chandra yang menjadi manajernya. Mereka yang selalu memberi masukan
soal penampilan Suliyana. Selain itu, Suliyana juga selalu berpikir bagaimana
agar dia bisa tampil lebih menarik dalam setiap pertunjukannya. Tujuannya salah
satunya adalah agar penyanyi daerah seperti dirinya, tidak dipandang sebelah
mata. Dan Suliyana bersyukur, apa yang ia lakukan bisa diterima masyarakat.
Suliyana
tidak tertarik untuk ikut-ikutan mengubah nama panggilannya seperti yang biasa
dilakukan artis-artis lain. Karena ia yakin di dalam nama juga tersimpan rezeki
dan doa dari orangtua. Memang dulu pernah ada MC panggung yang mengubah namanya
agar terdengar lebih keren. Tapi itu malah membuat penonton bingung sehingga
namanya dikembalikan seperti semula.
Meskipun
membawakan lagu berbahasa osing, tetapi penggemar Suliyana tidak hanya sebatas
masyarakat Banyuwangi saja. Saat ini lagu-lagunya juga sudah banyak beredar di
Lumajang, Probolinggo, bahkan Surabaya. Menurutnya, musik itu merupakan bahasa
universal. Banyak penikmat yang menggemari sebuah lagu, padahal tidak tahu
bahasa yang digunakan penyanyinya. Yang terpenting terasa enak di telinga,
masyarakat pasti akan suka, bahkan mencoba untuk menyanyikannya. Suliyana pun
mengaku ia pernah tampil sebagai duta budaya menyanyi di Australia dan
Singapura dengan tetap membawakan lagu berbahasa osing. Meski membawakan lagu
banyuwangian, tapi tetap saja penonton di sana bisa menikmatinya.
Suliyana
merasakan seni di Baywangi memang begitu kuat. Di kota ini seni berkembang
begitu pesat. Tidak hanya di bidang musik, tapi juga seni-seni lainnya. Seni
Banyuwangi merupakan perpaduan dari berbagai suku yang ada. Mulai dari Jawa,
Bali, maupun masyarakat osing sendiri.
Selama
perjalanan kariernya, Suliyana juga pernah punya pengalaman buruk. Bahkan
saking buruknya, peristiwa yang sudah terjadi beberapa tahun lalu itu tak
pernah ia lupakan. Ceritanya, ada seseorang yang mengaku dari sebuah instansi,
memintanya tampil menyanyi pada sebuah acara di sebuah hotel di Banyuwangi.
Sebagai penyanyi profesional, tentu saja ia senang menerima tawaran itu. Ketika
sudah masuk tanggal, hari, dan jam yang sudah ditentukan, bersama manajernya ia
datang ke hotel itu. Sesampainya di sana, Suliyana langsung diminta masuk kamar
hotel untuk makeup dan berganti baju. Namun saat itulah,
Suliyana mulai curiga. Karena sejak ia datang pukul 19.00 sampai pukul 20.00
dengan posisi sudah ber-makeup dan berganti kostum, suasana hotel
nampak tidak ada kegiatan apa-apa. Lalu kecurigaannya pun terjawab. Pada jam
23.00 seorang pengundang datang ke kamarnya dan memberi tahu bahwa ia tidak
menyanyi seperti layaknya penyanyi dengan iringan musik di panggung. Tapi ia
diminta menyanyi di karaoke untuk menghibur tamu-tamu lelaki sambil ditemani
minuman keras. Tentu saja Suliyana sangat syok. Karena pikirannya pada si
pengundang sudah buruk, seketika itu juga ia langsung memutuskan pulang.
Sebagai
penyanyi, Suliyana juga memiliki idola penyanyi lain. Ia mengaku sangat
mengidolakan mendiang Broery Pesolima. Suliyana sangat suka dengan karakter
suaranya saat membawakan lagu-lagu tembang kenangan. Sementara untuk orang yang
dianggapnya paling berjasa dalam hidupnya, pertama tentu saja Suliyana menjawab
ibunya. Sedangkan yang kedua adalah ayah angkatnya, Papa Sugeng beserta
keluarganya. Untuk saat ini, konsentrasinya adalah ingin membahagiakan ibunya.
Suliyana bersyukur, dari hasil jerih payahnya sebagai penyanyi, ia sudah bisa
membelikan rumah untuk ibunya.
Penting..!!! Sebelum Melakukan Proses Download, Sebaiknya Anti Virus apapun di Komputer sobat harap di nonaktifkan Terlebih dahulu ya. Agar Patch Full Versionnya Dapat di Unduh juga. Makasih ^_^

Profil & Perjalanan kisah hidup Suliana Banyuwangi
Alternative Link..!! [Click Here]
0 Response to " Profil & Perjalanan kisah hidup Suliana Banyuwangi "
Posting Komentar